Rabu, 19 April 2017

Kisah Perjalanan Peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”



(Berita pada laman tempo.co)


PENGANTAR
Bagi setiap mahasiswa, pasti sudah terbiasa dengan setiap tugas yang diberikan oleh dosen dari mata kuliah bersangkutan. Tugas-tugas yang diberikan akan dikumpulkan sesuai deadline yang ditetapkan, biasanya paling lambat pada pukul 23:59 ditanggal tertentu. Kali ini, kami mahasiswa pada mata kuliah Investigasi Multimedia dari kelompok Bravo mendapatkan tugas untuk mewawancarai seorang wartawan investigasi secara mendalam tentang pengalaman peliputan yang telah ia lakukan.

Jurnalisme Investigasi itu sendiri adalah satu bagian dalam dunia jurnalistik. Tidak hanya sekedar meliput dan merekam sebuah kejadian menjadi berita, jurnalisme investigasi berbuat lebih jauh lagi. Wartawan Investigasi biasa mencari data dan fakta secara mendalam terkait suatu kasus yang tidak nampak di permukaan atau memang sengaja disembunyikan ke publik. Kasus-kasus dimaksud bisa berupa sebuah perkara kriminal, skandal korupsi, ataupun skandal lainnya.

Jurnalisme investigasi sangat selektif terhadap bahan berita resmi, meneliti dengan kritis setiap pendapat, catatan dan bocoran informasi, tidak serta merta membenarkan. Jika wartawan umum memberitakan apa yang terjadi atau yang diumumkan, jurnalisme investigasi mengungkapkan mengapa suatu hal diumumkan atau terjadi. 

Pekerjaan investigasi wartawan berkaitan dengan nilai intensitas keingintahuan mengenai “How the world works or fails to work”. Seorang investigator tidak menerima mentah-mentah pernyataan sumber-sumber resmi.

Tujuan jurnalisme investigasi adalah memberi tahu kepada masyarakat tentang adanya pihak-pihak yang telah berbohong atau menutup-nutupi sebuah kebohongan dari publik. Masyarakat diharap untuk menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. Bukti-bukti itu ditemukan melalui pencarian dari berbagai sumber dan tipe informasi, penelaahan terhadap data-data yang signifikan dan pemahaman terhadap data-data statistik.Apa yang dilakukan oleh wartawan investigasi di latar belakangi oleh hasrat untuk mengoreksi keadilan, menunjukkan adanya kesalahan. Adanya dorongan moral dalam diri mereka untuk memberitahukan kepada masyarakat akan adanya ketidakberesan dalam lingkungan sekitar mereka. Wartawan investigasi sering kali menarik masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan jurnalistik mereka.

Pada laman tempo.co di rubrik investigasi, ada sebuah pemberitaan yang menarik untuk kami ulas bagaimana proses peliputannya. Judul berita tersebut yaitu “Dibalik Aksi Brutal Jakmania” yang ditulis dan diliput langsung oleh Larissa Huda, seorang wartawan Tempo.

Tentang Wartawan
Sabtu sore pada tanggal 15 April 2017 lalu, kami akhirnya berkesempatan bertemu dengan Larissa Huda. Perempuan muda berusia 25 tahun yang akrab disapa Rissa ini, merupakan lulusan Universitas Negeri Jakarta jurusan Sastra Inggris. Ia menamatkan perkuliahannya pada tahun 2014 lalu. Pada awalnya, ia tidak berpikir untuk bekerja di dunia jurnalistik. Setelah mengajukan beberapa surat lamaran kerja diberbagai perusahaan, akhirnya ia diterima sebagai seorang reporter di salah satu media terbesar di Indonesia yaitu Tempo. Ia memulai perjalanan karirnya pada September 2015 lalu. Terhitung kurang lebih sudah 19 bulan ia bekerja sebagai wartawan hingga hari ini. 

Sudah banyak berita-berita yang ia tulis dan liput sendiri. Mulai dari berita dengan cakupan kecil, hingga cakupan besar. Berita yang pernah ia liput langsung yaitu Aksi Damai yang dilakukan beberapa kali oleh Organisasi Masyarakat Islam (Ormas Islam) dari penjuru Jakarta. Selain itu, ia juga pernah meliput langsung kasus-kasus politik yang terjadi sepanjang tahun 2016, hingga mengupas aksi brutal yang sering dilakukan oleh Jakmania.

Dalam artikel ini, kami akan membahas dan mengungkap bagaimana perjalanan pelik yang telah dilakukan oleh Larissa Huda selama melakukan peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”.


Awal Mula Peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”
Setiap berita, biasanya dimuat di media karena memang sedang ada moment tertentu atau topik dalam pemberitaan tersebut sedang hangat dimasyarakat. Sebuah berita akan menjadi menarik bagi masyarakat jika bertepatan dengan terjadinya sebuah peristiwa yang bersangkutan. Sama halnya dengan ketika berita “Dibalik Aksi Brutal Jakmania” ini diangkat, yaitu ada momen ketika ada kerusuhan dari penonton (Jakmania) yang lompat langsung ke lapangan saat pertandingan berlangsung. Tidak lama setelah itu, muncul lagi penyerangan terhadap rombongang Jakmania.

Jakmania sendiri merupakan sebutan bagi mereka supporter club sepakbola Jakarta, Persija. Jakmania memang sudah dari dulu dikabarkan menjadi musuh dari Viking, Julukan bagi para fans persib Bandung. Pada bulan November 2015, ada 16 bus yang berisi Jakmania beriring-iringan melintas di Jalan tol Paliman, Cirebon, Jawa Barat. Saat itu persija baru saja selesai menyaksikan pertandingan Persija melawan Persib Bandung yang pertandingannya digelar ditempat yang netral yakni di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah.

Pertandingan antara persija dan persib Bandung berakhir imbang 0-0 saat itu. Pada pertandingan di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah tersebut para Viking dilarang menonton karena ditakutkan terjadi konflik antara dua supoter tersebut. Namun, para Viking tetap nekat berangkat ke Solo. Namun, bus yang bermuatan para pendukung Viking itu ditahan polisi di dekat Brebes dan Cilacap, dan dilarang mendekat ke Solo. Tepat ketika rombongan Jakmania mendekati gerbang tol Paliman, mendadak iring-iringan bus mereka dihujani batu. Jakmania tak yakin penyerang mereka adalah warga setempat seperti penjelasan polisi belakangan. Kuat dugaan, para bobotoh-lah yang menghadang mereka.  

Bus-bus itu segera menepi. Sebagian mencoba berbalik arah. Sementara ratusan massa Jakmania yang marah, menghambur keluar dari bus, menyerbu penyerangnya. Saat itu anak-anak turun dari bus, keluar semua mengejar pelaku pelemparan itu. Tawuran pun pecah di pinggir jalan tol,  dekat Desa Lungbenda, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Beberapa jam kemudian, bentrokan secara sporadis mereda. Ketika itulah fans Persija baru sadar, salahsatu dari mereka, tersungkur di tanah, penuh dengan luka memar. Pria itu, Harun Al Rasyid Lestaluhu,  merupakan Koordinator Wilayah Jakmania di kawasan Kali Malang, Bekasi. Kematiannya menambah kemarahan Jakmania.  

Penyebab lain kenapa Larissa mengangangkap kasus ini yaitu karena masalah kekerasan dalam pertandingan bola di Indonesia sudah mencapai tahap mengkhawatirkan. Seharusnya sepakbola menjadi panggung hiburan, bukan tempat pemakaman karena sampai memakan korban jiwa. Semenjak Liga Indonesia digelar, sudah ada 54 nyawa pendukung yang melayang akibat kerusuhan saat pertandingan.

Sebenarnya, kekerasan juga dipicu karena lemahnya antisipasi aparat keamanan. Ada fanatisme di masing-masing kubu dan ada rivalitas yang tinggi. Selain itu, tidak adanya program pembinaan supporter, baik itu dari club, pengurus PSSI, dan operator maupun penyelenggara pertandingan.

Rancangan Peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”
Sebelum melakukan peliputan, tentunya perlu mempersiapkan beberapa hal. Persiapan itu dapat disebut sebagai rancangan peliputan. Hal ini bertujuan agar selama proses peliputan tetap berjalan sesuai rencana. Selain itu agar bisa menentukan beberapa planning selama menyingkap kasus tersebut. Rancangan peliputan ini juga bertujuan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi selama liputan.

Laporan investigasi dalam pelaksanaannya membutuhkan modal yang banyak, terlebih apabila topik yang dipilih bersifat kompleks. Maka sebelum membuat konsep acuan, perlu ada riset awal, wawancara, dan observasi di lapangan. Larissa mengungkapkan bahwa perencanaan yang matang sangat dibutuhkan agar penelusuran dapat berjalan dengan baik. Selain itu penyamaran dan koordinasi terutama bagi jurnalis televisi harus dilakukan dengan baik. Dalam hal ini seorang jurnalis juga dituntut untuk memiliki sifat skeptis atau ragu-ragu terhadap setiap fakta yang diperoleh, sehingga fakta tersebut akan terus digali hingga sampai ke akar permasalahan.

Larissa menjelaskan bahwa jurnalisme investigasi berbeda dengan kegiatan jurnalisme lainnya. 
Liputan jurnalisme investigasi tidak berdasarkan pada agenda pemberitaan yang terjadwal. Peliputannya pun tidak dibatasi pada tekanan-tekanan waktu. Wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka temukan, melaporkan adanya kesalahan-kesalahan serta menyentuh dan mengafeksi masyarakat terhadap persoalan yang ditemukan.

Jurnalisme investigasi tidak terikat dengan deadline, yang artinya seorang reporter infestigasi tidak diminta untuk membuat laporan harian. Ia memiliki rentan waktu yang lebih lama sehingga ada kebebasan mengembangkan bahan-bahan yang sudah diperoleh. Ia harus menelusuri kasus tersebut sampai benar-benar tuntas serta membuat masyarakat mengetahui akan kebenaran dari kasus tersebut.

Pada intinya, tujuan utama dari jurnalisme investigasi adalah mengungkap kesaksian dan bukti secara fisik dari suatu persoalan yang kontroversial. Jurnalisme investigasi lebih menekankan pada upaya mengungkap fakta yang sebelumnya tersembunyi dari publik. Karena itu, proses kerja jurnalis dalam liputan investigasi ini laksana detektif yang mengendus informasi tersembunyi dari banyak sisi dan mengungkapkannya

Rancangan pertama yang dilakukan sebelum melakukan liputan yaitu melakukan riset. Sebelum melakukan liputan terhadap sebuah topik, Larissa mencari informasi-informasi terkait seputar kasus tersebut. Informasi tersebut dapat bersumber dari pemberitaan sebelumnya, pengalaman langsung dari beberapa orang yang terlibat. Bahkan bertemu langsung dengan penulis berita sebelumnya yang menulis berita dengan tema yang sama.

Setelah mendapatkan beberapa berita yang pernah ditulis sebelumnya, Larissa melakukan pemeriksaan kembali terkait narasumber dan isi berita. Dengan kata lain, mengkonfirmasi kembali kepada informan-informan yang pernah terlibat.

Jika konfirmasi telah dilakukan, maka Larissa melanjutkan peliputan di lapangan dengan menemui saksi-saksi kunci. Dalam tulisan ini, ia bertemu dengan pelaku yang melakukan aksi lompat pagar di lapangan ketika pertandingan berlangsung. Setelah itu, orang yang terlibat langsung dengan Jakmania, yaitu Ketua Jakmania itu sendiri.

Jika saksi kunci sudah didapatkan, maka bisa dilanjutkan dengan keterangan-keterangan dari saksi pendukung yang juga kuat, yaitu pihak keamanan dan kepolisian.

Kendala Selama Peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”
Selama proses peliputan, tentu ada beberapa kendala, baik itu datang dari reporternya sendiri, maupun dari beberapa pihak lain. Ketika masa peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”, ada beberapa kendala yang harus dihadapi oleh Larissa agar berita ini tetap bisa ditampilkan ke publik.

Kendala pertama yang dihadapi oleh Larissa yaitu masalah waktu. Dalam hal ini, karena Larissa merupakan reporter junior, maka ia harus melakukan peliputan ini bersamaan dengan liputan-liputan kasus lain. Ia tidak hanya fokus pada satu kasus liputan saja. Tapi selama masa peliputan kasus “Dibalik Aksi Rusuh Jakmania”, Larissa juga harus melakukan liputan lain. Setidaknya setiap harinya, ia harus melakukan 3-4 topik liputan per harinya.

Selain itu, kendala yang dialami oleh Larissa yaitu saat ia harus menemui pelaku yang sedang ditahan di Polda, ia harus menyamar dan berpura-pura menjadi salah satu keluarga pelaku. Hal ini bertujuan agar ia bisa bertemu langsung dengan pelakunya. Beberapa kali Larissa gagal dalam penyamaran tersebut, tapi pada akhirnya ia tetap bisa bertemu langsung dengan pelaku untuk menanyakan beberapa hal.

Salah satu anggota Jakmania yang tak punya kartu anggota adalah Jamaludin alias Oboi. Dia kini ditahan Polda Metro Jaya dengan tuduhan menganiaya Brigadir Hanafi, pada pertandingan Persija vs Sriwijaya, akhir Juni 2016 lalu. Saat Larissa menemuinya di tahanan pada akhir Agustus 2016 lalu, Oboi terlihat pucat. Sosoknya tampak lebih kurus dibandingkan foto dirinya di media sosial. Rambutnya digundul dan dia harus mengenakan kemeja lusuh berwarna oranye, seperti semua tahanan di kantor polisi. 

Kendala selanjutnya yaitu, keadaan di lapangan tidak sesuai dengan hipotesis dan rumusan masalah awal. Sehingga diperlukan plan lain untuk menangani hal tersebut.
Kendala lain yaitu pada narasumber. Ada beberapa narasumber yang tidak ingin disebutkan nama dan identitasnya, sehingga menghalangi pengungkapan kasus ini.

Dampak bagi Tempo.co Setelah Pemberitaan ini Dipublikasikan Kepada Masyarakat
Setelah sebuah pemberitaan dipublikasikan kepada masyarakat, tentunya akan ada reaksi-reaksi yang muncul. Baik itu positif atau negatif. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa terjadi ketika sebuah berita diterbitkan oleh sebuah media.

Kepala Sub Direktorat Kejahatan dengan Kekerasan Kepolisian Daerah Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hendy F Kurniawan mengaku sudah mendengar adanya penyebaran paham kebencian pada polisi di kalangan Jakmania.  Tapi dia mengaku polisi belum mengkaji seberapa berpengaruh sentimen itu di kalangan suporter Persija.
Sampai kedua kubu benar-benar mengenali akar perseteruan mereka, tampaknya sejarah kekerasan para pendukung Persija akan terus berulang

Ketika berita “Dibalik Aksi Brutal Jakmania” diterbitkan, ada pro dan kontra dari masyarakat, terutama dari Jakmania itu sendiri. Jika dari pihak Jakmania, mereka merasa sedikit keberatan jika diberitakan dengan pemberitaan yang buruk. Tapi tidak sedikit juga dari mereka yang mendukung dan meminta pemerintah untuk lebih memandang terhadap Jakmania yang merupakan salah satu club terbesar di Jakarta. Mereka meminta masalah ini tidak disepelekan karena sudah berlarut-larut.

Jangka Waktu yang Diperlukan untuk Peliputan “Dibalik Aksi Brutal Jakmania”
Segalanya pasti butuh proses. Dan sebuah proses yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Sama halnya dengan peliputan ini, Larissa memerlukan waktu 5 bulan untuk bisa menyingkap kasus ini dengan baik.

Ketika Reporter Perempuan Menangani Kasus Persepakbolaan
Jika sepakbola identik dengan laki-laki. Maka dalam kasus ini Larissa yang merupakan seorang perempuan tidak mengalami kendala sedikitpun. Ia merasa kasus ini dapat diungkapkan oleh siapapun. Tidak menutup kemungkinan itu laki-laki atau perempuan. Larissa juga mengaku, bahwa ditempat ia bekerja, tidak ada diskriminasi gander. Sehingga baik itu laki-laki atau perempuan akan mendapatkan tugas dan tanggung jawab yang sama terhadap sebuah peliputan.

Larissa juga mengaku, hal ini merupakan hal yang positif, sehingga tidak adalagi pandangan bahwa jurnalis perempuan hanya bisa melakukan peliputan-peliputan tertentu saja. Oleh sebab itu, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama dalam mengungkap kasus ini, Larissa mampu melakukan peliputan ini dan dengan baik dan dapat diketahui oleh publik.



KESIMPULAN
Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama Larissa Huda, dapat kami simpulkan bahwa:
1.      Jurnalis atau wartawan harus peka dan berpikir kritis ketika menghadapi sebuah kasus atau peristiwa.
2.      Jurnalis atau wartawan harus mampu membaca petunjuk-petunjuk kecil yang ada dalam sebuah kasus dan berusaha menyelidiki lebih dalam dengan tekun demi mendapatkan hasil investigasi yang diinginkan, karena jurnalis harus melakukan observasi dan riset mendala dalam jangka waktu panjang untuk mencari bukti-bukti tertulis mmaupun wawancara dengan narasumber.
3.      Hal yang harus diingat oleh seorang wartawan yaitu bahwa liputan investigasi memiliki dampak terhadap publik. Sebuah liputan dapat disebut sebagai liputan investigasi bila memiliki dampak terhadap publik atau ada kepentingan publik di dalamnya.
PENUTUP
Demikian artikel ini tentang "Kisah Perjalanan Peliputan Dibalik Aksi Brutal Jakmania" ini kami tulis. Semua isi dari artikel ini adalah merupakan wawancara langsung yang kami lakukan dengan reporter tempo Larissa Huda pada hari Sabtu, 15 April 2017 di daerah Cikini.

Semoga secara keseluruhan dari artikel ini dapat memberi pelajaran bagi kita semua khususnya kami anggota kelompok yang melakukan wawancara langsung, sehingga bisa lebih memahami bagaimana sebenarnya seorang jurnalis investigasi bekerja.


 Infografis Proses Peliputan oleh Larissa Huda :

 

Peliputan Investigasi Tembakau cap Gorilla #3

Penjelasan Badan Narkotika Nasional mengenai Narkoba Indonesia Darurat Narkoba Selain mence...